Lafrantak bersedia. "Masak orang belum bekerja dibikinkan jas", ujarnya kepada Senoaji, teman sekaligus orang yang sering membantunya. "Kenapa Pak? Itukan fasilitas". "Ah, tak pantas itu. Sudahlah, aku minta tolong kau ke Yogja, ambilin jas aku". Senoaji pun mengiyakan permintaan Lafran, tetapi dicegah oleh alumni HMI.
Lafran Pane adalah salah satu tokoh pendiri Himpunan Mahasiswa Islam HMI pada tanggal 5 Februari 1947, yang mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah tahun 2017. Beliau dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Silsilah Keluarga Lafran Pane lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922. Menurut berbagai tulisan sebelumnya, disebutkan bahwa Lafran Pane lahir pada 12 April 1923 di Kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, sebuah kecamatan yang terletak di kaki Gunung Sibualbuali, 38 kilo meter ke arah utara dari "kota salak" Padang Sidempuan, ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Wafat pada tanggal 24 Januari 1991, orang akhirnya tahu, setelah kematiannya, Lafran ternyata lahir 5 Februari 1922, bukan 12 April 1922 seperti yang kerap ia gunakan dalam catatan resmi. Lafran Pane adalah anak keenam keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari istrinya yang pertama, Lafran adalah bungsu dari enam bersaudara, yaitu Nyonya Tarib, Sanusi Pane, Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar, Nyonya Hanifiah, Lafran Pane, dan selain saudara kandung, ia juga memiliki dua orang saudara tiri dari perkawinan kedua ayahnya, yakni Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane. Ayah Lafran Pane adalah seorang guru sekaligus seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal. Keluarga Lafran Pane merupakan keluarga sastrawan dan seniman yang kebanyakan menulis novel, seperti kedua kakak kandungnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane yang juga merupakan sastrawan dan seniman. Sutan Pangurabaan Pane termasuk salah seorang pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921. Sedangkan Kakek Lafran Pane adalah seorang ulama Syekh Badurrahman Pane, maka pendidikan keagamaannya didapat sebelum memasuki bangku sekolah. Riwayat pendidikan Pendidikan sekolah Lafran Pane dimulai dari Pesantren Muhammadiyah Sipirok kini dilanjutkan oleh Pesantren Ahmad Dahlan di Kampung Setia dekat Desa Parsorminan Sipirok. Dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah Lafran Pane ini mengalami perpindahan sekolah yang sering kali dilakukan, hingga pada akhirnya Lafran Pane meneruskan sekolah di kelas 7 Tujuhdi HIS Muhammadiyah, menyambung hingga ke Taman Dewasa Raya Jakarta sampai pecah Perang Dunia II, pada saat itu ibu kota pindah ke Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Islam STI yang semula di Jakarta juga ikut pindah ke Yogyakarta. Wawasan dan intelektual Lafran berkembang saat proses perkuliahan yang membawa pengaruh pada diri Lafran Pane yang ditandai dengan semakin banyaknya buku-buku Islam yang ia baca. Sebelum tamat dari STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik AIP pada April 1948 Universitas Gajah Mada UGM yang kemudian di Negerikan pada tahun 1949. Tercatat dlam sejarah Universitas Gajah Mada UGM, Lafran Pane termasuk salah satu mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai gelar sarjana,yaitu tanggal 26 Januari 1953. Dengan sendirinya, Drs. Lafran Pane menjadi salah satu sarjana ilmu politik pertama di Indonesia, selanjutnya Lafran Pane lebih tertarik di lapangan pendidikan dan keluar dari Kementerian Luar Negeri dan masuk kembali ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Riwayat Pekerjaan Direktur Kursus B I dan B II Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, dan Kemudian menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Gajah Mada UGM. kemudian, Fakultas Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Gajah Mada UGM dengan Institut Pendidikan Guru IPG dilebur menjadi Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta, kini Universitas Negeri Yogyakarta UNY. Dosen Fakultas Ilmu Sosial FKIS IKIP Yogyakarta. Dosen Fakultas Sosial dan politik Universitas Gajah Mada UGM, dosen Universitas Islam Indonesia UII, dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dosen Akademi Tabligh Muhammadiyah ATM, Kemudian menjadi FIAD Muhammadiyah, kini Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UMY. Pernah menjadi dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogykarta sekarang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta UIN, hingga terjadi peristiwa 10 Oktober 1963. Sepuluh tahun kemudian, atas permintaan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mulai tahun 1973 Prof. Drs. Lafran Pane mulai kembali mengajar di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara. Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia, sejak tanggal 1 Desember 1966, Lafran Pane dianggat menjadi guru besar profesor dalam mata kuliah Ilmu Tata Negara. Pendirian Himpunan Mahasiswa Islam HMI Lafran dikenal sebagai salah satu pendiri HMI pada 5 Februari 1947 yang ditetapkan lewat Kongres XI HMI di Bogor pada 1974. Perihal perannya dalam HMI, Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsanya berdirinya HMI dan disebut sebagai pendiri HMI. Selain dirinya, ada beberapa nama lain yang disebut sebagai pendiri HMI, antara lain Kartono Zarkasy Ambarawa, Dahlan Husein Palembang, Siti Zainah Palembang, Maisaroh Hilal cucu pendiri Muhammadiyah Dahlan, Singapura, Soewali Jember, Yusdi Gozali Semarang, juga pendiri PII, M. Anwar Malang, Hasan Basri Surakarta, Marwan Bengkulu, Tayeb Razak Jakarta, Toha Mashudi Malang, Bidron Hadi Kauman-Yogyakarta, Sulkarnaen Bengkulu, dan Mansyur. Lafran Pane sendiri menolak untuk dikatakan sebagai satu-satunya pendiri HMI. Karya-karya Lafran Pane Data-data tentang Lafran Pane tidak banyak berubah sejak 1947. Karya tulisnya pun terbatas. berikut ini merupakan judul karya-karya Lafran Pane dengan bentuk artikel bebasnya Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR Kedudukan Dekret Presiden Kedudukan Presiden Kedudukan Luar Biasa Presiden Kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP Tujuan Negara Kembali ke Undang-undang Dasar 1945 Memurnikan Pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 Memurnikan Pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 Perubahan Konstitusional Menggugat Eksistensi HMI Penghargaan Presiden Joko Widodo secara resmi menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional untuk Lafran Pane. Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional tersebut melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Selain Lafran Pane, 3 tokoh lainnya mendapat anugerah yang sama sebagai Pahlawan Nasinal. Ketiga tokoh tersebut adalah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tenggara Barat NTB, Laksamana Malahayati dari Provinsi Aceh, dan Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau. Sumber Dalamkesempatan lain, pada pidato pengukuhan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta ( sekarang UNY ), pada hari kamis tanggal 16 Juli 1970, Lafran menyebutkan bahwa Pancasila merupakan hal yang tidak bisa berubah.
Liste de mots commençant par KA Voici la liste de tous les mots français commençant par KA groupĂ©s par nombre de lettres ka, kaa, kab, kac, kae, kaf, kai, kaj, kal, kam, kan, kao, kap, kar, kat, kaw. Il y a 947 mots qui commencent par KA. Cliquez sur un mot commençant par KA pour voir sa dĂ©finition. → 3 mots de 2 lettres en ka ka kA Ka → 22 mots de 3 lettres en ka kaa kab kac kae kaf ážłaf kāf kai kaĂŻ kaj kal kam kan kao kap kar kat ÎŒkat kaw kax kay kaz → 51 mots de 4 lettres en ka Kaag kabÉ©yɛ kadi kado kaĂŻd Kail KaĂŻn Kain kaka KakĂĄ Kaka kake kaki kako kaku kale kalĂ© Kale KalĂ© kali Kali Kall Kalt kama KĂąma kĂąma Kama kami Kamp kana kang Kano kaon kaph kapo kari Kari Karl kart kasÉ©m kata kĂąte Kats Kaub kava kavi kawa Kawa kawi Kayl kaza → 112 mots de 5 lettres en ka Kaaba Kaaks Kaart kabak kabar Kabel Kaber kabic kabig kabin kabyĂš kacha kache kadai Kadaƈ Kaden KadĂšs kafal kafil kĂąfir kafir Kafka kagne kagou 
 Plus de mots→ 153 mots de 6 lettres en ka → 113 mots de 7 lettres en ka → 131 mots de 8 lettres en ka → 110 mots de 9 lettres en ka → 88 mots de 10 lettres en ka → 68 mots de 11 lettres en ka → 28 mots de 12 lettres en ka → 16 mots de 13 lettres en ka → 11 mots de 14 lettres en ka → 18 mots de 15 lettres en ka → 7 mots de 16 lettres en ka → 9 mots de 17 lettres en ka → 3 mots de 18 lettres en ka → 2 mots de 19 lettres en ka → 1 mots de 23 lettres en ka → 1 mots de 27 lettres en ka Pas assez de mots ? Inclure toutes les formes flĂ©chies fĂ©minins, pluriels et verbes conjuguĂ©s. Mots Avec est un moteur de recherche de mots correspondant Ă  des contraintes prĂ©sence ou absence de certaines lettres, commencement ou terminaison, nombre de lettres ou lettres Ă  des positions prĂ©cises. Il peut ĂȘtre utile pour tous les jeux de mots crĂ©ation ou solution de mots-croisĂ©s, mots-flĂ©chĂ©s, pendu, Le Mot le Plus Long Des Chiffres et des Lettres, Scrabble, Boggle, Words With Friends etc. ainsi que pour la crĂ©ation littĂ©raire recherche de rimes et d'alitĂ©rations pour la poĂ©sie, et de mots satisfaisants aux contraintes de l'Ouvroir de LittĂ©rature Potentielle OuLiPo telles que les lipogrammes, les pangrammes, les anagrammes, le monovocalisme et le monoconsonnantisme etc. Les mots et leurs dĂ©finitions sont issus du dictionnaire francophone libre Wiktionnaire publiĂ© sous la licence libre Creative Commons attribution partage Ă  l'identique. A noter le Wiktionnaire contient beaucoup plus de mots en particulier des noms propres que les autres dictionnaires francophones comme le dictionnaire Officiel du Scrabble ODS publiĂ© par Larousse environ 400 000 mots et formes flĂ©chies noms et adjectifs au masculin et au fĂ©minin et au singulier et au pluriel, verbes conjuguĂ©s dans l'ODS, et 1,3 million sur Mots Avec.
Khamimmengungkapkan, Lafran Pane bisa memberikan contoh pada generasi mendatang. Bahwa, kata dia, ternyata kesederhanaan itu yang bisa menjadikan kehidupan memberikan janji untuk masa-masa yang akan datang. Salah satu cucu Prof Lafran Pane, Tofik, mengaku bangga dengan kiprah kakek yang berjuang demi memajukan bangsa Indonesia. Riwayat Hidup dan Perjuangannya Lafran Pane lahir di kampong Pangurabaan Kecamatan Sipiriok, yang terletak di kaki Gunung SIBUALBUALI, 38 kilometer kearah Utara dari Padangsidempuan, Ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan, pada tanggal 12 April 1923. Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922. Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923. Beliau adalah anak keenam dari keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari ibu pertama, yang meninggal 2 tahun setelah si anak bungsu Lafran Pane lahir. Lima orang saudara sekandung lainnya ialah Nyonya Tarip, Sanusi Pane, Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar, Nyonya Ali Hanfiyah. Dan dua orang saudara seayah yaitu Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane. Ayahnya Sutan Pangurabaan adalah tokoh Partai Indonesia PARTINDO di daerah Sumatera Utara, di samping sebagai seorang Wartawan dan penulis, juga menjadi Direktur Oto Dinas Pengangkutan ODP “SIBUALBUALI”, yang berpusat di kota Sipiriok, suatu perusahaan otobis Nasional yang tertua di seluruh Sumatera Utara. Sedang nenek dari Lafran Pane adalah adik dari seorang Ulama Besar yang fanatic dengan Islam. Namanya Syekh Badurrahman. Karena tidak merasakan kasih sayang ibu kandung sebagaimana mestinya dan tidak puas dengan asuhan ibu tiri, akhirnya seorang Lafran Pane dihinggapi penyakit rasa rendah diri, lalu mengakibatkan kompensasi berupa kenakalan yang luar biasa dan jalan pikiran yang sulit dimengerti termasuk ayahnya sendiri. Sebelum Lafran menginjak bangku sekolah atau pesantren secara formil, terlebih dahulu jiwa keagamaanya diisi dengan belajar “Sifat dua puluh”, seperti Ujud, Qidam, Baqo,Muholi dan seterusnya, yang diiringi dengan artinya. Di samping itu pula belajar, yang dalam bahasa Tapanuli disebut “ALIF – ALIF”, yakni mempelajari membaca huruf – huruf abjad Al-quran, sebagai satu jenjang untuk dapat membaca Al-quran denga baik dan benar. Kedua macam pendidikan itu diperoleh Lafran dari seorang guru terkemuka di kampung halamannya Panggurabaan, namanya Malim Mahasan. Berkat didikan Malim Mahasan tersebut, Lafran kecil sudah terisi jiwa keagamaannya, dan inilah yang membekali hidupnya secara mendasar dalam masalah bimbingan keagamaan, yang sangat prinsipil dalam kehidupan seorang manusia. Pendidikan di bangku sekolah dimulainya di pesantren Muhammadiyah Sipiriok, Sekolah desa 3 tahun, semuanya tidak tamat. Lalu pindah ke Sibolga, masuk Sekolah HIS Muhammadiyah. Kemudian kembali lagi ke Sipiriok, masuk Ibtidaiyah diteruskan ke Wustha. Dari Wustha pindah ke Taman Antara Taman Siswa Sipiriok. Selanjutnya pindah ke Taman Antara Taman Siswa di tamat dai Taman Siswa sudah dikeluarkan dari sekolah. Lantas meninggalkan rumah tempat tinggalnya, yakni rumah kakak kandungnya Nyonya dr. Tarip, dan menjadi petualang di sepanjang jalanan kota Medan. Tidur tidak menentu, kadang sudah menggeletak di kaki lima, di emper-emper toko, sambil sebagai penjual karcis bioskop, main kartu, menjual es lilin, sebagai penyambung hidup. Begitulah masa muda Lafran yang di habiskan dengan menggelandang di kota Medan. Beberapa saat kemudian Lafran pindah ke Batavia pada tahun 1937, atas permintaan abang kandungnya Armijn Pane dan Sanusi Pane, di Batavia memulai sekolah di kelas 7 HIS Muhammadiyah, menyambung ke MULO Muhammadiyah, ke AMS Muhammadiyah, kemudian ke Taman Dewasa Raya Jakarta. Di semua sekolah itu, gurunya mengakui bahwa Lafran Pane adalah murid cerdas, walaupun nakal yang luar biasa, yang menyebabkan Lafran memasuki organisasi “BENDE” yang bernama “ZWERTE BENDE”, seperti “GANG” pada masa itu. Karena tingkah lakunya lafran sering berkenalan dengan meja hijau, dan dituntut membayar denda, tetapi selalu dibela oleh “BENDE”-nya walaupun berat. Ketika sekolah di Taman Dewasa Raya Jakarta, Lafran Pane bertemu dengan Dipa Nusantara Aidit, dan di zaman Belanda bersama – sama memasuki Barisan Pemuda GERINDO, yang pada akhirnya antara Lafran dan Aidit memiliki keyakinan berlawanan kontras, dan Aidit pernah memimpin aksi untuk membubarkan HMI yang notabane adalah organisasi yang didirikan oleh Lafran Pane. Pada tahun 1942, lantaran Jepang masuk Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942, lalu pulang ke Padangsidempuan sebagai “pokrol” tetapi lantas kena fitnah, dituduh memberontak Jepang, lalu dituntut hukuman mati, tetapi tidak jadi karena pengaruh ayahnya di Padangsidempuan yang begitu besar. Namun dengan fitnah itu membuat Lafran harus meninggalkan Sumatera dan kembali ke Jakarta pada tahun 1943. sejak keberangkatannya kembali ke Jakarta, Lafran Pane mengalami proses kejiwaan yang radikal. Insan kamilnya mulai tergugah, lalu mencari apa sebenarnya hakekat hidup ini. Lafran merindukan sifat – sifat mulia dan menanyakan apa sesungguhnya azas segala sesuatu. Ia menyadari betapa pentingnya kembali ke dasar keyakinan. Sejak itu ia sering merenung, tafakur. Sekembali ke Jawa, Lafran bekerja di kantor Statistik Jakarta. Karena kecakapannya berbahasa Jepang, ia diminta supaya bekerja pada suatu perusahaan besar “APOTHEK BAVOSTA”, dan menjadi pemimpin umum Apothek tersebut tahun 1945. setelah tentara sekutu memasuki Jakarta, yang memnyebabkan berkobarnya api pertempuran. Tanggal 4 Januari 1946, Presiden, Wakil Presiden pindah ke Yogyakarta, lantas menjadi Ibukota Republik Indonesia. Sekolah Tinggi Islam STI, yang berdiri tanggal 27 Rajab 1364 H/8 Juli 1945 di Jakarta, tanggal 10 April 1946 ikut pula hijrah ke Ibukota Yogyakarta, dan sejak tanggal 20 Mei 1948, berganti nama menjadi Univeraitas Islam Indonesia UII. Kepindahan STI ke Yogyakarta membuat mahasiswanya pindah ke Yogyakarta untuk meneruskan kuliah, dan mahasiswa baru pun masuk, dimana salah seorang mahasiswa baru bernama Lafran Pane, yang usianya berumur 23 tahun. Selain kuliah merangkap Departemen Sosial. Perubahan jiwa Lafran Pane setelah masuk STI lantas mendapat kuliah Agama Islam dari Prof. Abdul Kahar Mudzakkir, Bapak Husein Yahya, Rasyidi dan ketekunannya membaca buku – buku Agama Islam, membuat ia bertambah yakin dan mempunyai pendirian yang semakin teguh, bahwa Islam sebagai satu – satunya pedoman hidup yang sempurna. Semasa di STI, lafran menjadi ketua III Senat Mahsiswa STI di samping Janamar Azam dan Amin Syakhri. Di PMY Lafran juga ikut sebagai Pengurus mewakili Mahasiswa STI. Jadi, tidak mengherankan apabila Lafran Pane banyak bergaul denga mahasiswa dan memiliki banyak teman. Sebelum tamat di STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik AIP, pada bulan April 1948. setelah Universitas Gadjah Mada dinegerikan tangal 19 Desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial Politik HESP. Dalam sejarah UGM, Lafran termasuk dalam mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai titel Sarjana Drs, yaitu tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya Drs. Lafran Pane menjadi Sarjana Politik pertama di Indonesia. Karier Lafran Pane di bidang pendidikan ialah Menjadi Direktur Kursus B I & B II Negeri Yogyakarta, yang diselengarakan oleh Kementrian PP & K dan akhirnya menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan FKIP UGM. Pelopor berdirinya IKIP Yogyakarta. Pernah menjadi Dekan Fakultas Keguruan Pengetahuan Sosial IKIP Yogyakarta. Pernah menjadi Dosen Fakultas Sospol UGM, Akademi Tabligh Muhammadiyah ATM dan Dosen UII. Pernah menjadi Dosen IAIN, hingga terjadinya peristiwa 10 Oktober 1963. Sepuluh tahun kemudian, atas permintaan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mulai tahun 1973, Lafran Pane kembali memberi kuliah sebagai Guru Besar dalam Ilmu Tata Negara Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia, sejak tanggal 1 Desember 1966, Lafran Pane diangkat menjadi Guru Besar Ilmu Tata Negara. Dalam Organisasi, selain tokoh pendiri HMI, dikal Ikatan Sarjana Muslimin Indonesia ISMI didirikan oleh rekan seperjuangannya Ir. Sanusi tanggal 11 Februari 1963 di Jakarta, Lafran menjadi anggota dan mensponsori pembentukan cabang di Yogyakarta, hingga ISMI dilebur ke dalam Persatuan Sarjana Muslim Indonesia PERSAMI tajun 1964 yang independen. Lafran Pane juga terjun ke dalam KASI Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia, dan menjadi 5 besar pimpinan KASI. Hasil Karya ilmiah Lafran Pane ialah Wewenang MPR. Kedudukan Dekrit Presiden. Kedudukan Presiden. Kekuasaan Luar Biasa Presiden. Kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP. Tujuan Negara. Kembali ke UUD 45. Memurnikan Pelaksanaan UUD 45. Perubahaan Konstitusional. Pemrakarsa Proklamasi 17 Agustus 1945. Pada zaman Jepang bersama pemuda yang lain, Lafran Pane termasuk dalam golongan pemuda yang dibina oleh Kaigun Angkatan Laut Jepang. Saat Jepang menyerah kepada sekutu tanggal 14 Agustus 1945, pemuda dan mahasiswa Indonesia termasuk di dalamnya Lafran Pane mengikrarkan “ Tidak mau menerima Kemerdekaan Indonesia dari Jepang seperti apa yang deipersiapkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI”. Ikrar itu dicetuskan di gedung Menteng Raya 31 Jakarta. Tiga hari kemudian, 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di Pengangsaan Timur 56 Jakarta, ke seluruh dunia, oleh Soekarno – Hatta, sesuai dengan ikrar para pemuda/mahasiswa di atas. Kepala Pusat Sejarah ABRI Departemen Pertahanan /Keamanan Brigjen Nugroho Notosusanto dalam memberikan keterangan kepada Harian KOMPAS Jakarta, yang dimuat tanggal 16 Agustus 1975 No. 42/XI halaman IV, mengatakan, kelompok yang memegang peranan penting dalam proklamasi 17 Agustus 1945, ada 4 kelompok, yaitu Pertama, kelompok sekitar Soekarno-Hatta dan PPKI, yang secara sosiologis umumnya terdiri dari “golongan tua” dan sudah punya riwayat perjuangan sejak zaman Belanda. Kedua, kelompok Mahasiswa/Pelajar. Ketiga, kelompok Pengusir Tentara Asing PETA. Meskipun tidak semua anggota PETA masuk dalam kelompok ini. Pemuda Singgih yang menculik Bung Karno, Bung Hatta, adalah seorang Shodanco PETA dari Batalyon Jakarta. Keempat, kelompok campur aduk yang bermarkas di Menteng Raya 31. menurut Nugroho Notosusanto, Menteng Raya baru menonjol setelah terbentuknya “komite van Aksi” sesudah Proklamasi. Tujuan Komite ini untuk menghimpun unsue kaum muda. Pimpinannya terdiri dari Sukarni, N. Nitimiharjo, Adam Malik, Wikana, Chaerul Saleh, Pandu Wiguna, Kusnaeni, Darwis, Johar Nur, Armunanto dan Hanafi. Jika dihubungkan apa yang diperbuat oleh Lafran Pane di saat – saat Proklamasi 17 Agustus 1945 beserta teman – temannya yang lain, dengan keterangan Brigjen Nugroho Notosusanto di atas, maka Lafran Pane termasuk dalam kelompok kempat, sebagai kelompok yang memegang peranan penting dalam Proklamasi 17 Agustus 1945. Mendirikan HMI. Dengan landasan taqwa yang mendasar, dikala Lafran Pane melihat kenyataan kehidupan kemahasiswaan di Yogyakarta, yang sedang menyedihkan bagi perkembangan Agama Islam kelak, maka bersama kawan – kawannya sekuliah dan seide, pada tanggal 5 Februaru 1947 mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam HMI. Bagi Lafran Pane mendirikan HMI, bukan karena hobby yang bisa diurus dan dikembangkan dengan kerja “sambil lalu”. HMI sebagai suatu alat perjuangan ummat Islam, harus dibina dan dikembangkan dengan penuh kesungguhan, teratur dan terencana. Maka, karena HMI dimasa mula berdirinya memerlukan pembinaan yang terus menerus, agar kehidupannya tetap bisa kokoh, untuk memperjuangkan cita-cita luhur. Dalam suka duka HMI, Lafran Pane tetap mengikuti perkembangan HMI. Kalau ada kongres atau acara – acara HMI lainnya, diundan atau tidak diundang, kalau sehat dan ada kesempatan Lafran Pane biasanya hadir, agak awal dari lainnya. Semasa HMI mendapatkan tekanan dan ganyangan dari PKI/CGMI cs ditahun 1964-1965, Lafran Pane termasuk orang yang menderita. Rumah beliau dicoret – coret oleh CGMI, dengan kata – kata hasutan dan fitnah. Lafran Pane termasuk orang yang berusaha untuk disingkirkan PKI, karena beliau pendiri HMI. Sifat yang paling menonjol Lafran Pane adalah mempunyai pendirian yang teguh dalam mencapai dan memperjuangkan cita – cita. Jika Lafran telah memutuskan sesuatu karena Allah semata, tidak boleh tidak dia akan berusaha mencapainya. Keteguhan hati dapat dilihat Lafran Pane saat mendirikan HMI, walaupun banyak mendapat rintangan dari berbagai pihak, dan diancam bahwa HMI tidak akan berumur panjang. Sifat keteguhan pendirian itu sudah menjiwai dalam hidup dan kehidupan Lafran Pane sehari – hari. Pada 25 Januari 1991, beliau meninggal dunia. Yudi Latif dalam bukunya Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20, hal 502 menyebutkan Lafran Pane sebagai generasi ketiga inteligensia muslim Indonesia setelah generasi pertama Tjokroaminoto, Agus Salim,dll, generasi kedua M. Natsir, M. Roem dan Kasman Singodimedjo pada 1950-an, generasi keempat Nurcholish Majid, Imadudin Abdurrahim dan Djohan Efendi pada 1970-an.
ï»żTasyakurankader dan alumni HMI DIY atas penganugerahan gelar pahlawan nasional Lafran Pane (Harminanto) YOGYA, Prof Lafran Pane Guru Besar Ketatanegaraan yang juga salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMi) menjadi salah satu nama yang bakal diberikan gelar sebagai pahlawan nasional 9 November 2017 oleh Presiden Joko Widodo.
- Hampir seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam HMI mengenal kisah ini. Sebuah peristiwa yang terjadi pada 5 Februari 1947. Lafran Pane, ketika itu mahasiswa Sekolah Tinggi Islam STI, sekarang UII, meminta izin kepada Husein Yahya, dosen pengajar Kuliah Tafsir, untuk menggunakan jam pelajarannya sebagai rapat mahasiswa. Yogyakarta masih menjadi ibu kota Republik. Rapat yang dimulai pada pukul di Gedung STI, Jl. Pangeran Senopati 30 itu kemudian diputuskan sebagai peristiwa lahirnya HMI dan Lafran Pane dinisbatkan sebagai pendirinya. Selain Lafran, seturut catatan Agussalim Sitompul dalam Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam 1947-1975 2002, pendiri HMI adalah 14 mahasiswa lain yang mengikuti rapat itu memang tonggak awal bagi sejarah HMI, namun gagasan dan semangat yang melatarinya telah lama bersemayam dalam pikiran Lafran Pane. Sujoko Prasodjo, dalam salah satu tulisannya di Majalah Media Februari 1957, bahkan menyebut tahun-tahun permulaan riwayat HMI hampir identik dengan sebagian kehidupan Lafran Pane. Sujoko memandang Lafran memiliki andil terbanyak pada mula kelahiran pikiran Lafran dapat ditelisik dari tujuan HMI yang ia rumuskan dan kemudian disepakati peserta rapat 5 Februari itu, yakni “Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam.”Dalam Intelektual Muslim dan Kuasa Geneologi Inteligensia Muslim Abad Ke-20 2002, Yudi Latif menilai tujuan HMI rumusan Lafran mengandung gagasan istimewa. Rumusan tersebut mengetengahkan dialektika gagasan kebangsaan dan keislaman yang serius—sebuah wacana panjang muslim Indonesia pada paruh pertama abad ke-20. Gagasan ini mulai didengungkan oleh Tjokroaminoto, dimatangkan secara politik oleh M. Natsir, dan dibawa ke ranah kehidupan intelektual oleh Lafran Pane. HMI kemudian menjadi ruang dialektika keislaman dan kebangsaan yang legendaris. Nurcholish Madjid, Ahmad Wahib, Endang Saifuddin Anshari, Imaduddin Abdurahman, Yusril Ihza Mahendra, Jimly Ashshidique, dan puluhan pemikir lainnya lahir dari organisasi ini. Gagasan kebangsaan dan keislaman yang tumbuh di HMI juga telah memengaruhi perjalanan Indonesia modern baik secara intelektual maupun politik. Modernisme Islam & Keindonesiaan Ikhtiar Lafran Pane dalam menyelaraskan gagasan kebangsaan dan keislaman dapat ditelusuri dari keluarga dan pengembaraan intelektualnya. Kedua abang Lafran masyhur sebagai tokoh penting dalam perkembangan sastra Indonesia modern, yaitu Armijn dan Sanusi Pane. Ayahnya, Sutan Pangurabaan Pane, ialah salah satu pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Sementara Sang Kakek, Syekh Badurrahman Pane, adalah ulama di Tapanuli Selatan. Di masa kanak-kanak Lafran belajar menyanyikan "sifat 20", puji-pujian yang berisi dua puluh sifat Allah, bersama kawan-kawannya. Pendidikan keagamaan Lafran kecil telah menunjukkan pergolakan paham antara golongan tua dan golongan muda, meski Lafran kemudian menjadi anak tulen modernisme Islam. Dosen-dosennya di STI memang banyak berasal dari kalangan modernis. Dua nama yang dapat disebut ialah Abdul Kahar Muzakar dan Rasjidi. Karena itu kerangka pikiran Lafran dalam menafsirkan kebangsaan dan keindonesiaan bersemangatkan modernisme Islam, yang kerap minus dari nilai tasawuf dan kalam Asy'ariah. Dari berbagai catatan yang dikumpulkan Agussalim Sitompul, dapat terlihat bahwa Lafran benar-benar mencitakan HMI sebagai wajah Islam yang mampu bergelut dengan tantangan zaman, khususnya di dunia mahasiswa. Dan pada abad ke-20 kemodernan itu menjelma dalam wajah negara Indonesia. Islam ia pandang sesuai dengan semangat modern, sekaligus menjadi pengobat dari penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh modernitas seperti kekeringan rohaniah masyarakat. Ruang dialektika yang dibangun Lafran kemudian bergumul secara liat dalam perjalanan bangsa dan HMI mengarunginya hampir sepanjang sejarah Indonesia. Di antara dua orde, HMI melewati ngerinya peristiwa 1965 dan selamat dari huru-hara 1998. Lafran Pane turut menyaksikan dan bahkan terlibat dalam dinamika itu hampir seumur hidup dewasanya. Ia melihat Indonesia yang ia tafsirkan sejak sebelum mendirikan HMI bergolak atau tenang secara silih berganti. Tak seperti alumni HMI lain yang kerap bergelimang jabatan dan jaringan, Lafran Pane amat setia dengan kebersahajaan. Hingga masa akhir baktinya di IKIP Yogyakarta, tempat ia dinobatkan sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara pada 1970, Lafran tetap setia mengayuh sepeda onthel ketika pergi mengajar. Sampai akhir hayat ia bahkan tak pernah memiliki mobil. Lafran memang lebih setia kepada idealisme sebagai pengajar daripada mengejar posisi politik. Jabatan politik tertinggi yang pernah ia peroleh “hanya” menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung DPA periode 1988-1993 yang tidak pernah ia tuntaskan. Itu pun, menurut kesaksian Akbar Tandjung, Lafran merasa mendapatkan gaji yang terlalu besar dari DPA. Lukman Hakiem, salah satu junior Lafran di IKIP dan HMI Cabang Yogyakarta, menulis kesaksian dalam "Lafran Pane Pahlawan Nasional, Mengapa Tidak?" yang dimuat di buku 50 Tahun HMI Mengayuh di Antara Cita dan Kritik 1997 tentang kebersahajaan seniornya itu “Saya bersaksi bahwa Lafran Pane tidak pernah memanfaatkan posisinya sebagai pemrakarsa berdirinya HMI untuk kepentingan pribadi, walaupun alumni HMI sudah amat banyak yang duduk di posisi strategis di jajaran pemerintahan. Saya juga berani menegaskan, bahwa segala pikiran dan gagasan Lafran Pane, entah itu menguntungkan pemerintah atau tidak, murni keluar dari hati nurani dan akal sehatnya." Infografik Mozaik Himpunan Mahasiswa Islam. Sebuah Rahasia Tiga bulan menjelang meninggal, Lafran menulis di Jawa Pos edisi 18 September 1990. Tulisan tersebut diberi judul “Menggugat Eksistensi HMI”. Artikel terakhir Lafran ini mengingatkan kembali tujuan awal didirikannya HMI pada 5 Februari 1947. Boleh jadi artikel ini dikhususkan kepada kader dan alumni HMI yang ketika itu tengah dilanda perpecahan antara HMI Dipo dan MPO—semacam wasiat untuk memegang teguh dan terus menafsirkan Indonesia dengan semangat kebangsaan dan Pane meninggal pada 25 Januari 1991, tepat hari ini 30 tahun lalu, dalam kesederhanaan serta kebersahajaan yang luas dan dalam. Beberapa saat sebelum jenazah Lafran dimakamkan, Tetty Sari Rakhmiati putri bungsu didampingi M. Iqbal putra dan Martha Dewi istri, membuka sebuah rahasia. Kesaksian ini disaksikan oleh Akbar Tanjung dan beberapa saksi lainnya serta dimuat dalam buku Agussalim Sitompul Menyatu dengan Umat, Menyatu dengan Bangsa Pemikiran Keislaman-Keindonesiaan HMI 1947-1997 2002.Sebenarnya Lafran Pane dilahirkan di Padangsidempuan pada 5 Februari 1922. Bila selama ini ia menyatakan lahir pada 12 April 1923 termasuk secara administratif, hal itu semata-mata dilakukan untuk menghindari pengidentikan HMI dengan dirinya. Sebab hari lahirnya bertepatan dengan hari lahir HMI. Lafran tak ingin HMI identik dengan siapapun.==========Shubhi Abdillah adalah penulis yang pernah kuliah di Program Studi Sastra Indonesia FIB UI serta menjadi Ketua Komisariat HMI di fakultasnya. Ia turut mendirikan Komunitas Nuun sebagai wadah bertukar gagasan mengenai wacana keislaman dan kebudayaan. - Humaniora Penulis Shubhi AbdillahEditor Ivan Aulia Ahsan
KataSyahrul, pemberian nama Lafran Pane untuk perpustakaan daerah itu untuk mengenang jasanya sebagai pahlawan yang juga pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Menurutnya, Lafran Pane sudah banyak berjasa terhadap bangsa Indonesia, sehingga layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Liste de mots commençant par KATA Voici la liste de tous les mots français commençant par KATA groupĂ©s par nombre de lettres kata, kataf, katal, Katar, katas, katafs, katals, katana, katanas, Katanga. Il y a 66 mots qui commencent par KATA. Cliquez sur un mot commençant par KATA pour voir sa dĂ©finition. → 1 mots de 4 lettres en kata kata → 4 mots de 5 lettres en kata kataf katal Katar katas → 3 mots de 6 lettres en kata katafs katals katana → 2 mots de 7 lettres en kata katanas Katanga → 2 mots de 8 lettres en kata katakana katakoua → 5 mots de 9 lettres en kata katakanas katakouas Katangais katangais katangite → 8 mots de 10 lettres en kata katajjaniq katakanisa katakanisĂ© katakanise Katangaise katangaise katangaĂŻte katangites → 11 mots de 11 lettres en kata katakanisai katakanisas katakanisĂąt katakanisĂ©e katakaniser katakanisĂ©s katakanises katakanisez katangaises Katangaises katangaĂŻtes → 8 mots de 12 lettres en kata katakanisais katakanisait katakanisant katakanisĂ©es katakanisent katakanisera katakanisiez katakanisons → 7 mots de 13 lettres en kata katakanisĂąmes katakanisasse katakanisĂątes katakaniserai katakaniseras katakaniserez katakanisions → 9 mots de 14 lettres en kata katagĂ©lophobie katakanisaient katakanisasses katakaniserais katakaniserait katakanisĂšrent katakaniseriez katakaniserons katakaniseront → 4 mots de 15 lettres en kata katagĂ©lophobies katakanisassent katakanisassiez katakaniserions → 2 mots de 16 lettres en kata katakanisassions katakaniseraient Trop de mots ? Limiter aux formes du dictionnaire sans pluriels, fĂ©minins et verbes conjuguĂ©s. Mots Avec est un moteur de recherche de mots correspondant Ă  des contraintes prĂ©sence ou absence de certaines lettres, commencement ou terminaison, nombre de lettres ou lettres Ă  des positions prĂ©cises. Il peut ĂȘtre utile pour tous les jeux de mots crĂ©ation ou solution de mots-croisĂ©s, mots-flĂ©chĂ©s, pendu, Le Mot le Plus Long Des Chiffres et des Lettres, Scrabble, Boggle, Words With Friends etc. ainsi que pour la crĂ©ation littĂ©raire recherche de rimes et d'alitĂ©rations pour la poĂ©sie, et de mots satisfaisants aux contraintes de l'Ouvroir de LittĂ©rature Potentielle OuLiPo telles que les lipogrammes, les pangrammes, les anagrammes, le monovocalisme et le monoconsonnantisme etc. Les mots et leurs dĂ©finitions sont issus du dictionnaire francophone libre Wiktionnaire publiĂ© sous la licence libre Creative Commons attribution partage Ă  l'identique. A noter le Wiktionnaire contient beaucoup plus de mots en particulier des noms propres que les autres dictionnaires francophones comme le dictionnaire Officiel du Scrabble ODS publiĂ© par Larousse environ 400 000 mots et formes flĂ©chies noms et adjectifs au masculin et au fĂ©minin et au singulier et au pluriel, verbes conjuguĂ©s dans l'ODS, et 1,3 million sur Mots Avec.

LafranPane From Wikipedia, the free encyclopedia Professor Lafran Pane (5 February 1922 - 25 January 1991) was an Indonesian academician who is best remembered for establishing the Muslim Students' Association and National Hero of Indonesia. [1] Contents 1 Biography 2 Legacy 3 References 4 Works cited 5 Further reading Biography [ edit]
Sosoknya dikenal luas oleh para kader dan alumni Himpunan Mahasiswa Islam HMI di seluruh Indonesia, bahkan yang berada di mancanegara. Meski demikian, jejak pemikiran, sikap, tindakan, dan keteladanannya melampaui batas organisasi memang dia terlahir bukan semata untuk HMI, melainkan untuk Indonesia dan Islam serta untuk umat, bangsa, dan negara. Boleh dibilang ketokohannya melampaui masanya dan tempat di mana dia terlahir, tumbuh, dan hidup. Dalam diri dan perjalanan hidupnya terdapat ibrah yang sangat relevan bagi kita semua termasuk generasi milenial saat ini, yakni merdeka sejak hati, Islam sejak nurani, dan Indonesia sejak ragawi. Maka tidak berlebihan-bahkan mungkin memang menjadi sebuah keharusan-pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional untuknya pada 6 November 2017. Lafran Pane, anak dari pasangan Sutan Pangurabaan dan Gonto terlahir di Sipirok, Padang Sidempuan, Sumatera Utara pada 5 Februari 1922, dan meninggal di Yogyakarta pada 25 Januari 1991. Ayah Lafran merupakan guru, wartawan, dan sastrawan sekaligus salah satu tokoh Muhammadiyah di Sipriok, bahkan pendiri sekolah dan pesantren Muhammadiyah pertama di Sipirok. Sosok Lafran Pane diulas secara lugas, mengalir, jernih, utuh, dan gamblang oleh Ahmad Fuadi dalam novel berjudul Merdeka Sejak Hati. Membaca novel ini ibaratnya kita sedang jumpa muka, pikiran, dan jiwa dengan Lafran. Fuadi membagi jalan cerita dengan 41 pembabakan. Tapi, jika dirangkum, boleh disebut ada enam lokasi kunci pembabakan, yakni Sipirok, Medan, Batavia Jakarta, Yogyakarta, Malang, dan kehidupan Lafran yang dimulai sejak kecil dalam keluarga terpatri dengan lima hal, yakni buku, pergerakan untuk kemerdekaan, Islam, empati terhadap sesama, dan pendidikan. Lintasan kehidupannya juga dipenuhi dan disertai berbagai sosok orang pergerakan di tanah kelahirannya, anak jalanan, preman, pedagang di pasar dan jalanan, sarung dan ring tinju, geng motor, ulama-guru, bahkan tokoh-tokoh penting mulai dari DN Aidit, Soekarno Bung Karno, Mohammad Hatta Bung Hatta, dan Sutan Syahrir, termasuk tentu saja dua kakak kandung Lafran, Sanusi Pane dan Armijn Pane. Juga diceritakan bagaimana Lafran bersinggungan dengan para tokoh pendidikan di Yogyakarta seperti KH Abdul Kahar Muzakkir, Husein Yahya, dan HM Rasyidi, para mahasiswa Sekolah Tinggi Islam STI Yogyakarta dan lintas kampus, para pendiri ashabul awwalun HMI, tokoh-tokoh organisasi kemahasiswaan dan pelajar, tokoh-tokoh organisasi Islam dan nasionalis, tentara dan tokoh tentara terutama Panglima Besar Jenderal Sudirman, para intelektual, dan masih banyak novel Merdeka Sejak Hati seolah kita berada di samping Lafran Pane atau boleh dibilang kita adalah bayangannya di mana saja Lafran ada dan ke mana saja pergi. Ahmad Fuadi mampu menyatukan kepingan-kepingan perjalanan hidup dan sikap; perjuangan sebelum, saat, dan sesudah proklamasi kemerdekaan; dan kecintaan Lafran terhadap rakyat umat, bangsa, negara, dan agama Islam sehingga mengha dirkan goresan sejarah dengan gaya yang unik, apik, mudah dicerna, dan bisa dijadikan contoh oleh para pembaca. Fuadi berhasil menghadirkan Lafran dan jalan hidupnya yang berliku, penuh tantangan, onak dan duri, jatuh dan bangkit kembali, kemudian berjuang memerdekakan pikiran dan jiwa rakyat Indonesia serta meninggikan agama membuat bercampur aduk segala rasa dan perasaan. Salut untuk Fuadi yang mampu mengorkestrai kata demi kata, frasa demi frasa, kalimat demi kalimat, maupun paragraf demi paragraf. Fuadi berhasil “menghidupkan kembali” Lafran Pane. Fuadi juga mampu menghadirkan Lafran sebagai pencinta kopi yang menguasai enam bahasa asing Belanda, China, Prancis, Jerman, Jepang, dan Inggris serta pengajar, pendidik, dan intelektual yang mencintai pendidikan dan ilmu pengetahuan sekaligus penyayang Merdeka Sejak Hati sangat jelas menghimpun Lafran dalam satu tarikan nafas dengan tiga kata saja, yaitu beriman, berilmu, dan beramal. Atau, dengan empat kata lain, yakni kemodernan, keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan yang cocok, berkesesuaian, seirama, dan sejalan. Dari novel ini kita pun bisa mengetahui betapa Lafran-si anak piatu-memiliki pemikiran dan tindakan dalam berbagai aspek yang hingga kini masih dan sangat relevan. Mulai dari karakter seorang pejuang dan petarung dalam menjalani kehidupan. Bicara tentang nilai antikorupsi Lafran, Fuadi bahkan langsung menghadirkannya di awal babak. Nilai tersebut tertuang dalam pernyataan Lafran kepada anaknya, Muhammad Iqbal Pane.“Bagiku, kedudukan itu untuk diamanahkan kepada yang lebih mampu, bukan diperebutkan bagai piala. Agar ada kemajuan, ada progres, agar harkat martabat bangsa ini naik, agar hilang kolusi dan korupsi. Kekuasaan bukan alat untuk memperkaya diri sendiri, tapi untuk memperkaya bangsa. Inilah yang menurutku kebiasaan yang benar. Bukan membenarkan yang biasa.” Tak ada gading yang tak retak. Menurut saya, ada dua catatan kecil untuk novel ini. Pertama , wajah sosok bersepeda di cover novel sepintas bukan seperti Lafran Pane. Tetapi, dari sisi semiotika komunikasi, cover novel ini mampu memperhalus kehadiran HMI dengan tiga warna hijau, hitam, dan putih atau boleh dibilang dua warna saja, hijau dan hitam, menunjukkan Indonesia keindonesiaan lewat warna merah dan putih, dan menghadirkan nuansa kesederhanaan Lafran dengan sepeda , novel ini tidak terlalu mengeksplor tentang persentuhan dan perdebatan pemikiran secara mendalam antara Lafran dengan DN Aidit yang sama-sama teman satu kelas di Taman Siswa Taman Dewasa Raya Batavia dan teman satu organisasi di Gerakan Rakyat Indonesia. Selain itu, persentuhan Lafran dengan Bung Karno, Bung Hatta, dan Sutan Syahrir disinggung sekadar saja. Dari sudut pandang berbeda, bagi saya, novel karya Ahmad Fuadi ini berpadu sempurna dengan buku biografi berjudul Lafran Pane Jejak dan Pemikirannya 2010 karya Hariqo Wibawa Satria. Fuadi dan Hariqo, dua alumni Pondok Modern Gontor, Ponorogo, patut mendapat kredit dan apresiasi lebih atas upaya mereka menghadirkan sosok Lafran Pane. Apalagi, karya keduanya berbasis pada riset yang utuh, menyeluruh, dan mendalam. Sekali lagi, kehadiran novel Merdeka Sejak Hati kembali menegaskan bahwa Lafran Pane bukan semata milik HMI, tapi milik Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia. Begitu pun HMI. HMI bukan semata milik HMI, kader, dan alumninya, tapi milik Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia. Karenanya, novel ini layak dibaca oleh siapa pun, apa pun latar belakang sosial, keagamaan, dan pekerjaan, maupun kalangan anak-anak, remaja, pemuda, hingga orang tua. Bagaimanapun, Lafran Pane dan keteladanannya layak tetap hidup dalam hati, pikiran, dan jiwa putra-putri Bumi Pertiwi Indonesia dan umat Islam di Indonesia. Sebagaimana Hadits “Jika keturunan Adam seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, atau ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan, atau doa anak yang saleh.”Hadits Riwayat Muslim. Ya, si Beliung yang kemudian menjadi guru besar ilmu tata negara itu telah meninggalkan tiga perkara itu, terutama amal laluhujurnalis, penulis, dan alumnus HMI Cabang Ciputatdon ZiNqlYX.
  • enkhu2f4r5.pages.dev/491
  • enkhu2f4r5.pages.dev/262
  • enkhu2f4r5.pages.dev/406
  • enkhu2f4r5.pages.dev/64
  • enkhu2f4r5.pages.dev/509
  • enkhu2f4r5.pages.dev/396
  • enkhu2f4r5.pages.dev/22
  • enkhu2f4r5.pages.dev/480
  • kata kata lafran pane